DARI REDAKSI
DUKUNG TERUS SALIRA TV SEBAGAI MEDIA CORONG MASYARAKAT !!! - CARANYA KLIK HTTPS://SAWERIA.CO/SALIRATV/ ---- SALIRA TV | MEREKAM INDONESIA | SIARAN TV INTERNET 24 JAM.

Ironi: Ketika Perayaan Tahun Baru Islam Diiringi Alunan Dangdut di Tasikmalaya

SALIRA TV ADALAH PORTAL BERITA TERBAIK YANG MENYAJIKAN UPDATE BERITA INDONESIA TERKINI, MENYUGUHKAN BERITA VIRAL HARI INI DI MEDIA SOSIAL SECARA AKTUAL DAN TERPERCAYA.
DUKUNG TERUS SALIRA TV SEBAGAI MEDIA CORONG MASYARAKAT. DUKUNGAN ANDA, SEMANGAT BAGI KAMI. KLIK SAWERIA.CO/SALIRATV ---- SALIRA TV | MEREKAM INDONESIA | SIARAN TELEVISI INTERNET 24 JAM.

SALIRA TV | KAB. TASIKMALAYA, 1 Muharram 1447 H (2025) – Tahun Baru Islam, khususnya 1 Muharram, merupakan momentum yang sangat penting dalam sejarah peradaban Islam. Hari ini menandai peristiwa monumental hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah — tonggak berdirinya masyarakat Islam yang beradab, religius, dan berkeadilan. Namun, di tengah makna suci tersebut, sebuah potret menyedihkan muncul dari Kabupaten Tasikmalaya: perayaan tahun baru Islam diramaikan dengan hiburan dangdutan.

Viral, Pegawai Kemenag Tasikmalaya Rayakan Tahun Baru Islam dengan Dangdutan

Fenomena ini bukan sekadar kejanggalan, melainkan bentuk distorsi makna spiritual yang patut menjadi bahan refleksi mendalam bagi umat Islam. Alih-alih menyemarakkan malam Muharram dengan lantunan zikir, tausiah, atau kajian islami, panggung hiburan justru dijadikan pusat perhatian. Dengan musik keras dan suasana riuh yang seringkali tidak lagi mencerminkan nilai-nilai Islami, suasana sakral Muharram seolah tergantikan oleh euforia sesaat.

Menakar Kehilangan Makna Muharram

Dalam tradisi Islam, Muharram dikenal sebagai bulan mulia. Rasulullah SAW sendiri menyebutnya sebagai “Syahrullah” (bulan Allah), menandakan keistimewaannya dibandingkan bulan-bulan lain. Bahkan, puasa Asyura (10 Muharram) sangat dianjurkan, sebagai bentuk mengenang keselamatan Nabi Musa AS dan umatnya dari kezaliman Fir’aun.

Namun, realitas yang terlihat di lapangan seolah memudarkan makna luhur tersebut. Merayakan awal tahun Hijriyah dengan hiburan duniawi seperti dangdutan bukan hanya tidak tepat, tetapi juga dapat menyesatkan persepsi generasi muda terhadap makna sejarah Islam itu sendiri.

Antara Tradisi dan Kesalahan dalam Adaptasi Budaya

Sebagian pihak mungkin berdalih bahwa dangdutan hanyalah bentuk ekspresi budaya lokal yang ingin digabungkan dengan perayaan agama. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua budaya dapat disinkronisasikan dengan nilai-nilai Islam. Ketika bentuk hiburan tersebut membawa suasana yang bertentangan dengan semangat hijrah — seperti aurat yang terbuka, gerakan yang tidak sopan, dan potensi pergaulan bebas — maka justifikasi budaya tidak lagi relevan.

Adanya musik dangdut dalam perayaan suci ini bukan hanya mencoreng nilai kesakralan, tetapi juga menciptakan ambiguitas spiritual di tengah masyarakat. Di satu sisi berbicara tentang hijrah, namun di sisi lain menormalisasi bentuk hiburan yang jauh dari nilai keislaman.

Mengembalikan Kesadaran Kolektif Umat

Kritik terhadap bentuk perayaan seperti ini bukan bermaksud mematikan semangat kreativitas atau ekspresi masyarakat, melainkan untuk mengajak seluruh pihak kembali kepada kesadaran kolektif sebagai umat beriman. Tugas kita bukan hanya merayakan hari besar Islam, tetapi juga menjaga kemurnian makna dan pesan yang terkandung di dalamnya.

Jika peringatan 1 Muharram diisi dengan kegiatan positif seperti:

  • Tausiyah dan pengajian umum
  • Pawai taaruf dengan busana Islami
  • Doa bersama dan santunan anak yatim
  • Lomba keislaman seperti hafalan surah, kaligrafi, dan adzan

Maka momentum hijrah bisa menjadi ajang pembelajaran dan inspirasi bagi generasi muda untuk benar-benar memahami perjuangan dan keteladanan Rasulullah SAW.

Peran Pemerintah dan Tokoh Agama

Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, serta tokoh agama memiliki peran strategis dalam mengarahkan bentuk perayaan ke arah yang lebih mendidik. Pembiaran terhadap bentuk perayaan yang menyimpang justru dapat menjadi preseden buruk di masa depan. Kita tentu tidak ingin nilai-nilai Islam yang luhur dikerdilkan hanya demi kepentingan keramaian sesaat.

Kebijakan yang mengedepankan edukasi Islam, serta bimbingan dari para ulama dan da’i lokal harus lebih dioptimalkan. Masyarakat pun perlu diedukasi bahwa kemeriahan sejati bukan terletak pada musik dan keramaian, tetapi pada ketenangan jiwa dalam merenungi perjalanan hijrah Nabi SAW.

Penutup: Saatnya Hijrah Nilai, Bukan Sekadar Seremonial

Hijrah bukan hanya tentang perpindahan fisik, tetapi transformasi nilai. Menghadirkan hiburan dangdut di malam Muharram bukanlah bentuk hijrah ke arah yang lebih baik. Justru sebaliknya, itu bisa menjadi kemunduran dalam kesadaran beragama.

Mari jadikan momentum 1 Muharram sebagai waktu muhasabah, menguatkan kembali identitas Islam kita. Kita punya tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga kesucian hari-hari besar agama dari bentuk-bentuk yang melemahkan nilai luhur Islam.


Catatan Video Terkait:

Tautan ke video acara tersebut dapat dilihat di sini: https://youtube.com/shorts/Gbvx367w3p8?si=eI873BG25SNsCiNe
Video tersebut menjadi bukti visual yang dapat dijadikan cermin untuk evaluasi bersama.


Tim Mawar Salira TV

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *