Oleh: Tim Mawar Salira TV | Sabtu, 10 Mei 2025
SALIRA TV KAB. TASIKMALAYA — Sebuah fenomena tak biasa mengusik ketenangan warga Kampung Leuwiseeng, Desa Sukaherang, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Dua ekor monyet liar tampak mendekati permukiman warga pada Sabtu pagi, menciptakan kegelisahan sekaligus memicu spekulasi berbau mistis.
Penampakan itu terjadi di area Babakan Saputra, tepatnya di RT 03 RW 09. Warga yang menyaksikan peristiwa itu tak hanya terheran-heran, tapi juga terbagi pandangannya antara yang melihat ini sebagai fenomena alam biasa, dan yang menyematkan makna spiritual di baliknya.
Ayi, salah satu warga yang pertama kali melihat kedua monyet tersebut, mengatakan bahwa hewan itu terlihat asyik bergelantungan di pohon-pohon di hutan kecil seberang permukiman. “Dia lagi makan buah alpukat, kayak nggak takut manusia. Padahal biasanya monyet liar susah didekati,” ujar Ayi, masih tampak heran.
Namun suasana berubah ketika Aziz, warga lainnya, datang dan menyampaikan pendapat yang cukup mengejutkan. “Itu mah bukan monyet biasa. Saya curiga itu kajajaden,” katanya sambil menunjuk ke arah pepohonan. Istilah kajajaden dalam budaya Sunda merujuk pada makhluk gaib yang menyerupai hewan, kerap dianggap sebagai pertanda atau penjelmaan sesuatu yang tidak biasa. Aziz bahkan menyarankan warga untuk segera mengambil sarung sebagai bentuk perlindungan diri secara spiritual.
Mikdal, saksi mata ketiga, tampaknya sependapat dengan Aziz. Ia bahkan meminta temannya, Anwar, untuk meminjamkan sarung. Anwar yang saat itu menyaksikan kejadian dari teras rumahnya, mengiyakan permintaan tersebut.
Sampai saat ini, asal-usul dua ekor monyet tersebut masih menjadi teka-teki. Tidak ada informasi apakah mereka berasal dari kebun binatang, peliharaan lepas, atau memang penghuni liar yang turun akibat terganggunya habitat alami.
Hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah desa belum menerima laporan terkait kejadian tersebut dari warga sekitar. Sementara itu, sebagian warga mengimbau agar anak-anak tidak bermain terlalu dekat ke arah hutan tempat monyet terlihat.
Fenomena ini bukan hanya soal satwa liar yang mendekati manusia, tapi juga menyiratkan bagaimana masyarakat lokal masih menjalin hubungan yang erat dengan alam — bukan hanya secara fisik, tetapi juga spiritual.