DARI REDAKSI
SALIRA TV MEMBUKA KERJA SAMA KONTRIBUTOR BERITA ADVERTORIAL – PELUANG MENJADI WARTAWAN FREELANCE “MEREKAM INDONESIA”. UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, HUBUNGI WHATSAPP CENTER SALIRA TV DI 0838-9640-3437.

Diduga karena Pondasi Asal Jadi, Saluran Irigasi di Sumelap Ambrol — Petani Minta Tanggung Jawab Pihak Proyek dan BBWS

Salira TV — Merekam Indonesia

🇮🇩 Indonesia punya banyak cerita.
Dan di Salira TV, kami berkomitmen untuk terus Merekam Indonesia — menghadirkan suara masyarakat dari seluruh penjuru negeri.

🎥 Dukung semangat ini dengan berpartisipasi melalui Saweria.
📱 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami melalui WhatsApp 0838-9640-3437.

❤️ Dukungan Anda adalah tenaga bagi kami untuk terus menyuarakan kebenaran — dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

SALIRA TV | KOTA TASIKMALAYA – Ratusan hektare sawah di Kampung Sumelap, Kelurahan Sumelap, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, terancam gagal tanam akibat saluran irigasi utama mengalami kerusakan berat pada Minggu, 9 November 2025. Dinding saluran tersebut ambrol cukup parah, diduga karena pengerjaan proyek yang tidak memenuhi standar konstruksi.

Kerusakan yang mencapai beberapa meter ini menyebabkan aliran air menuju lahan pertanian terhenti total. Para petani kini dilanda kecemasan menjelang musim tanam, mengingat sumber air utama mereka tidak lagi berfungsi dengan baik.

Sejumlah petani menilai kejadian ini bukan sekadar musibah alam, melainkan akibat lemahnya pengawasan dan kualitas pekerjaan yang terkesan asal-asalan.

“Air tidak lagi mengalir normal sejak saluran itu jebol. Kami khawatir gagal tanam. Kami berharap pihak pelaksana proyek bertanggung jawab,” ungkap salah seorang petani berinisial J saat ditemui tim Salira TV.

Petani lain menambahkan bahwa pondasi bangunan diduga dibuat terlalu dangkal serta tidak mengikuti petunjuk teknis yang berlaku. Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan dari pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).

“Kalau pengawasan dari BBWS lebih ketat, mungkin tidak akan terjadi seperti ini. Sayang sekali, pekerjaannya terlihat tidak sesuai aturan,” ujarnya.

Hasil pantauan awal tim lapangan menunjukkan indikasi bahwa pondasi irigasi tersebut memang tidak kokoh. Kondisi itu membuat konstruksi gagal menahan tekanan air saat debit meningkat.

Sampai dengan Senin, 10 November 2025, pihak BBWS selaku lembaga berwenang dalam pengelolaan dan pengawasan proyek sumber daya air, belum terlihat menurunkan tim untuk melakukan pemeriksaan atau evaluasi langsung di lapangan.

Wartawan media Sergap, Asep Kodrat, turut mengkritisi lemahnya fungsi pengawasan BBWS. Ia menilai proyek sebelumnya yang dikerjakan secara swakelola oleh Kelompok Petani Pengguna Air (P3A) justru memberikan hasil yang lebih baik.

“Dulu waktu program rehabilitasi dilakukan oleh P3A, hasilnya lebih kuat dan awet. Sekarang ketika dikerjakan pihak ketiga, justru cepat rusak. Ini menunjukkan BBWS kurang tegas dalam pengawasan,” jelasnya.

Masyarakat Sumelap kini menunggu langkah cepat dari pihak BBWS dan pelaksana proyek untuk memperbaiki saluran irigasi tersebut. Jika tidak segera ditangani, kekeringan dan gagal tanam bisa menjadi ancaman nyata bagi petani di wilayah itu.

Kontributor/Wartawan: Tim Liputan Gabungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!